Oleh : Mukhlas Adi Putra
Kehidupan kita bahkan alam semesta ini dapat
kita rumuskan kedalam rumus “A B C D”.
Tentunya pada bertanya-tanya apa itu rumus “A
B C D”.
Baik mari kita kupas satu persatu, apa itu
rumus “A B C D”.
Dimulai dari yang pertama, huruf A apa itu..?
A = ALLAH SWT
Huruf A merupakan awalan dari abjad ejaan
latin, bukan kebetulan tapi memang merupakan huruf vokal yang paling mudah
pengucapannya diantaranya adalah A I U E O. Dalam bahasa arab juga huruf yang
pertama kali adalah huruf alif (ٱ ).
Tuhan kita Allah SWT merupakan Tuhan
semesta alam, dalam hal ini diterangkan dalam surat Al Ikhlas ayat 1 -4. “1). Katakanlah: Dia-lah Allah, Yang Maha Esa, 2). Allah
adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu, 3). Dia tiada beranak
dan tidak pula diperanakkan, 4). Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan
Dia”.
Dalam surat tersebut dijelaskan dengan
gamblang bahwa Allah itu satu, Tuhan semesta alam, Dia tempat bergantung, Dia
tidak beranak dan tidak pula diperanakkan, dan Dialah Allah SWT.
Alam semesta ini beserta isinya merupakan
makhluknya atau ciptaannya, yang diciptakan dengan sangat sempurna, sehingga satu
dengan yang lain berjalan dengan presisinya masing-masing.
Allah juga menciptakan makhluk yang paling
sempurna yang dipundaknya diberi wewenang untuk menjadi pemimpin di dunia ini.
Dialah manusia, kedudukannya lebih tinggi dari malaikat, bahkan iblis sekalipun.
Ini ditunjukkan pada kisah penciptaannya Nabi Adam AS, yang mendapatkan
penghormatan dari Malaikat dan Iblis karena perintah Allah. Akan tetapi Iblis
menolak dan memilih masuk neraka dari pada tunduk pada Adam, ini sifat
keangkuhan, iri, dengki, dan sombong yang akan menjadi penyakit hati bagi anak
cucu Adam.
B = Born (Kelahiran)
Dalam proses penciptaan manusia Allah
menjelaskannya dalam surat Al – Mukminun ayat 12-14 yang berbunyi, “Dan
sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari
tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat
yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu
segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami
jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging.
Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah
Allah, pencipta Yang Paling Baik”.
Disamping proses penciptaan manusia melalui
saripati tanah, Allah juga menjelaskan bahwa sejatinya manusia diciptakan dalam
kondisi yang lemah yang dijelaskan dalam surat An Nisa’ ayat 28, “Allah hendak memberikan keringanan kepadamu[286],
dan manusia dijadikan bersifat lemah.”
Kita membutuhkan kekuatan dan pertolongan
Allah, kita butuh rahmat-Nya, kita butuh segalanya dari Allah. Untuk itu semua,
tentunya kita butuh berdoa kepada-Nya dalam rangka menyampaikan hajat-hajat
kita, dalam keadaan kita yakin Dia Dzat Yang Maha Mengetahui.
Untuk itu maka Allah berfirman dalam surat Al
Baqoroh ayat 186, “Apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku,
maka (jawablah) sesungguhnya Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang
berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi segala
perintah-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku agar mereka selalu berada dalam
kelurusan.”
Kita diperintahkan Allah untuk berdo’a,
meminta kepada Allah apa yang menjadi keinginan kita sebanyak-banyaknya. Hal ini
merupakan bentuk rahmatnya Allah, pasalnya dalam berdo’a Allah memberikan
pahala kepada kita, dan Allah mengabulkan apa yang menjadi hajat kita, serta
Allah akan selalu menyertai kita, selama kita mengingat (berdzikir) dan meminta
kepada Nya. Maka kurang apalagi nikmat yang Allah berikan kepada kita, dan
seharusnya kita lebih banyak bersyukur.
Dalam sebuah hadist diriwayatkan oleh
Qutaibah bin Sa’id, juga oleh Basyar bin Mu’adz, dari Abu `Awanah,dari Ziyad
bin `Alaqah, yang bersumber dari al Mughirah bin Syu’bah r.a bahwa “Rasulullah berdiri (shalat) sampai
bengkak kedua kakinya. Kepadanya ditanyakan: “Mengapa Anda membebani diri
dengan hal yang demikian?Bukankah Allah swt. Telah mengampuni Anda dari segala
dosa Anda, baik yang terdahulu maupun yang akan datang?” Rasulullah saw.
Bersabda : “Tidak patutkah saya menjadi hamba Allah yang bersyukur?”
C = Choice (Pilihan)
Ketika manusia dilahirkan ke dunia
mendapatkan dua pilihan hidup, yaitu menjadi hamba yang taat atau hamba yang
kufur. Sebuah pilihan yang harus kita pilih dan tentu pilihan tersebut
mempunyai konsekwensinya masing-masing.
Diri manusia juga terdapat dua kondisi
pilihan, yaitu diluar kendali kita, dan dalam kendali kita.
Kondisi yang pertama, di luar kendali kita. Dalam
diri manusia ada beberapa kondisi yang diluar kendali kita, contohnya bentuk
fisik kita, dan keturunan siapa, itu semua diluar kendali kita. Tugas kita
adalah menerimanya dan mensyukurinya. Tidak ada pertanggungjawaban atas kondisi
tersebut, Allah tidak mempertanyakan kenapa kamu jelek, kenapa kamu cacat dan
lain sebagainya. Yang menjadi permasalahan ketika kita menolak atau tidak
menerima apa yang Allah karuniakan kepada kita, maka adzab Allah itu pedih. Dan
begitu sebaliknya ketika kita mensyukuri apa yang Allah karuniakan pada wujud
kita, maka pahala Allah akan mengalir terus.
Kondisi yang kedua, didalam kendali kita. Dalam
diri manusia ada beberapa kondisi yang didalam kendali, contohnya sifat, watak,
perilaku, pokoknya sesuatu yang berhubungan dengan manusia dan sang kholik, semua
dalam kondisi kendali kita. Sekarang tugas kita adalah memilih mana yang haq
dan mana yang batil, setiap pilihan tersebut mengandung konsekwensi
masing-masing. Ketika kita memilih jalan yang haq maka pahala Allah begitu
murahnya, dan ketika kita memilih yang batil maka adzab Allah itu pedih.
D = Death (mati)
Rumus yang terakhir adalah death atau
mati, setiap makhluk pasti akan mencicipi mati termasuk manusia, dalam “Tiap-tiap yang
berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah
disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke
dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain
hanyalah kesenangan yang memperdayakan.”
Seperti pertanyaan yang sudah saya tuliskan
pada artikel sebelumnya yaitu apakah kita tahu kapan kita akan meninggal?,
apakah kita tahu apakah pahala kita lebih besar dari dosa?, apakah kita akan
masuk surga atau neraka? Banyak sekali pertanyaan yang harus kita jawab sendiri.
Sehingga Allah menganjurkan kita untuk mengintrospeksi diri.
Nasehat kholifullah Umar bin Khattab yang
berbunyi: “Hasibu anfusakum qabla antuhaasabu”. Yang artinya: “Hisablah dirimu
sendiri sebelum kamu dihisab di hadapan Allah SWT”.
Kesimpulannya bahwa kita di ciptakan oleh A
(Allah) melalui proses B (born) kelahiran, ketika kita di dunia kita melalui
proses yang namanya C (choice) pilihan hidup dan diakhiri dengan D (death)
mati.
Rumus Kehidupan “A B C D”
Reviewed by Unknown
on
12/13/2012
Rating:
Tidak ada komentar: