LightBlog

Maafkan Aku joni ?




cerpen: Rika agustina .s.


Lonceng bel pun berbunyi.Semua siswa SMA Kartini mulai berbondong-bondong memasuki kelasnya masing-masing. begitupun aku dan sahabatku Dian.

Kami memasuki kelas dengan perasaan gembira yang bercampurkan rasa semangat yang membuncah.

Saat jam pelajaran berlangsung, kami dikejutkan dengan datangnya kepala sekolah ke kelas ku bersama seorang anak laki-laki yang sebelumnya tak pernah kulihat sebelumnya.

 “Anak-anak,joni  adalah murid baru di kelas  11 ipa.pindahan dari SLB Jogja.silahkan perkenalkan dirimu nak”, tutur kepala sekolah dengan wibawa.

Semua siswa yang berada dalam kelas merasa tercengang  dan serasa tak percaya dengan pernyataan yang dilontarkan beliau tersebut. Kenapa pindahan SLB bisa di terima di sekolah umum,kok bisa?????

 Anak baru itu pun mulai melangkah kedepan dan memperkenalkan dirinya, ”Na..a…aya…oni,aya…in…aan…ai…SLE…oga”. dengan mernggerak-gerakkan tanganya .
Suasana kelas 11 ipa mendadak gaduh dengan suara tertawaan yang sangat keras. Anak itu pun tertunduk dan melangkah mundur kebelakang.

”Sst….diam anak-anak. Joni ini tuna wicara. Tapi tenang saja,joni ini punya alat bantu pendengaran. Sayangnya, dia belum terlalu lancar berbicara. Maka bapak mohon atas perhatian kalian kepada Joni.Silahkan Joni, duduk di tempat yang kamu suka”, sambil memandang Joni.

 Ketika dia hendak menduduki bangku yang kosong, ia pasti di usir. Aku merasa iba dengan anak baru itu atas perlakuan teman-teman sekelasku padanya. Bangku disampingku lagi pula kosong. Maka ku persilahkan dia duduk di sampingku dan melempar sedikit senyuman padanya.

                                                                      ***

 Sinar sang mentari menerangi seluruh sudut jalan raya yang sudah dipadati bermacam-macam kendaran dari jam 06.00 wib tadi.Pintu gerbang sekolah baru saja dibuka. Joni terlihat kesusahan membawa se tumpuk buku yang amat banyak sehingga dagu Joni tidak terlihat.

Tiba-tiba Joni terjatuh. Ternyata ini ulah andre .Andre sengaja menyandung kaki Joni. Tak ada satu pun orang pun yang mau menolongnya. semua orang yang melihat kejadian itu malah sontak menertawakan joni. Ada juga yang melihat dia dengan rasa jijik.

 “Apa-apaan sih lo ndre?dia kan nggak punya salah sama lo”, Dinda memandang andre dengan pandangan sinis sambil membereskan buku-buku joni yang berserakan.

”emang masalah buat lo?ngapain sih lo bantuin dia?kalo aja gue jadi elo sih.iiihhhhh….jijai…hahahaha”, sambil tertawa dan menendang-nendang buku joni.

”terus gue harus koprol 99 kali sambil bilang wow gitu????. Aku menepuk pundak joni dan meninggalkan keramaian.

Wajar saja andre bertingkah laku semena-mena, karena orang tuanya adalah donator terbesar di sekolah ini.

Saat menuju kekelas,kami mengisi kekosongan dengan sedikit berbincang-bincang.
”Ma…aih…a..?na…amu..iapa..??”, aku mencoba menjawab dengan suara pelan dan gerakan tangan yang lumayan aku ketahui.

”Nama saya Dinda”,Joni melihatku dengan seksama.

”al…am..enal..a?”, Tak ku sangka ternyata dia mengerti perkataanku. Aku hanya melempar sedikit senyuman padanya.

Setelah kejadian itu, Joni semakin dekat dengan ku.

Maklum saja, karena dalam kelas tidak ada yang mau berteman denganya. Alasanya sih simple saja, katanya dia nggak sempurna. padahal didunia ini kan tidak ada yang sempurna. Aku tak pernah menganggap joni berbeda.

Aku menganggap joni seperti teman-temanku yang lain.
Persahabatan kami bagaikan air dan ikan. Dimana ada  aku,pasti disitu ada dia.

                                                                          ***

Next day, aku dan teman-temanku termasuk joni sedang duduk di kantin yang amat ramai pengunjung. Seperti biasanya,joni selalu duduk didekatku (kan aku udah bilang,aku dan dia seperti air dengan ikan).

Tiba-tiba dia memberikan secarik kertas yang dilapisi amplop merah muda. Spontan saja, aku dan teman-teman didekatku merasa kaget. Dia memberikan surat itu dan langsung berlari bak angin topan.

Spontan saja, semua pengunjung bersorak-sorak ramai seakan mencelaku. Karena malu,aku dan teman-temanku langsung menuju ke kelas tanpa menoleh kanan kiri.

Dalam kelas, joni selalu menatapku. Tetapi aku pura-pura tidak tahu karena kejadian tadi siang. Karena kejadian tadi siang, urat malu ku serasa ingin putus karena secarik kertas tersebut.

Setelah sampai rumah, belum sampai copot baju seragam. aku langsung ke kamar dan membuka kertas tersebut. jujur saja, aku sangat penasaran.

Setelah ku baca, ternyata tulisan tanganya bagus juga, rapi dan enak dibaca. Tapi kenapa, kata-kata ini nggak pas dihatiku ”Aku ingin kita lebih dari ini, aku cinta sama kamu sejak pandangan pertama. Kamu cantik, baik, lemah lembut dan tidak melihat seseorang dari fisik. LOVE YOU FOREVER, Dinda”.

Sungguh tak enak dibaca bukan?. Tapi, aku harus menghargai perasaan seseorang. Karena cinta adalah anugerah.

Aku merasa bingung bercampurkan rasa galau. Aku calling aja temen dekatku, diana. Meskipun sikap Diana sangat keras dan cenderung blak-blakan. Tapi dibalik sifatnya itu, dia sangat baik. Aku berterus terang padanya .Dia malah uring-uringan nggak karuan. Bilang joni gini lah, gitu lah.

Graghhhhh, bingung.
                                                                           ***

Pagi saat berbeda dengan hari-hari sebelumnya. Tiba-tiba saja ruangan kelas menjadi ramai dengan sorak-sorakan dan siswa-siswi bergerombol menjadi satu.

Dari luar kelas aku mendengar suara Diana dengan lantang ”gila banget lo ya, jon. Udah dikasih hati minta jantung lagi. Teman gue tuh masih berteman sama lo. Eh..... malah lo berani-beraninya nembak dia. Nyadar diri dong!ngaca dong ngaca. Punya kaca nggak sih di rumah??”, cetus diana.

Aku terkejut dan langsung mendesak ke tengah-tengah keramaian. Tiba-tiba gelak tawa yang begitu aneh mengiringi langkahku.

”Ciye....ciye......,belain pacarnya ni ye...?”, sorak murid-murid. Aku hanya memandang wajah joni yang memerah dan meneteskan air mata tak henti-henti.


Dia serasa tak bisa berkata sepatah kata pun. ”ma.....af......a.........?, joni berkata sambil terengah-engah.
”Bubar.. bubar....., ini sekolah bukan pasar”, aku berteriak sekencang-kencangnya. Ruangan kelas mendadak sepi semenjak aku berteriak tadi.

                                                                            ***

Keesokan harinya, joni tidak berangkat sekolah. Kejadian itu berlangsung selama satu minggu.
Aku merasa khawatir denganya, karena aku juga ikut andil dengan kejadian satu minggu lalu. Aku mengajak diana menjenguk joni. Semula dia tidak mau ikut, tapi setelah aku ingatkan dengan kejadian satu minggu lalu. Akhirnya hatinya luluh juga.

Detik berganti menit, menit berganti jam dan jam pun berganti hari.

Akhirnya kami pun sampai di kawasan rumah elit, rumahnya cukup jauh dari sekolah. Rumahnya bagus juga. Tapi yang aku bingung, kenapa didepan rumahnya kok ada bendera kuning???. Ahh... positif thinking aja deh, mungkin neneknya meninggal. Jadi dia tidak berangkat sekolah. Tapi aku belum yakin, aku mencoba untuk meyakinkan hatiku.

”Tok.....tok....tok”, Kucoba mengetuk pintu perlahan tapi pasti. Pintu perlahan terbuka, ibu joni keluar dengan mata lebam.

”Assalamu’alaikum”, aku berusaha sopan didepan ibu joni.
”iya,wa’alaikumsalam”, ibu joni berkata dengan suara pelan.
            
Aku mulai berbicara dengan ibu joni dengan pecakapan-percakapan ringan. Setelah suasana menjadi cair, aku mempertanyakan tentang ketidak berangkatan joni selama satu minggu ini.

Sebelum bercerita, tiba-tiba ibu joni menangis. Tentu saja aku dan diana tidak mengerti mengapa ibu joni menangis. Aku mengambilkan sehelai tissue kepada ibu joni. Akhirnya ibu joni menceritakan tentang ketidak berangkatan joni seminggu ini.

Jawabanya sungguh mengejutkan,tak terasa air mata ku membasahi pipi cabhi ku. Ternyata joni meninggal sejak satu minggu lalu, dia mengidap penyakit kanker darah darah.

Memang sewaktu dia di kelas, aku sering melihat dia mimisan. Setelah mengetahui jawabanya, kami pun pamit pulang.

Nasi sudah menjadi bubur. Aku dan diana belum sempat meminta maaf didetik-detik terakhirnya. Malah aku sempat membuat sakit hatinya. Terlebih dengan diana yang kemarin semena-mena denganya. Aku merasa menyesal, andai waktu bisa terulang kembali. Pasti aku akan meminta maaf dan menjaga hatimu dengan baik joni.

Maafkan aku joni????
Maafkan Aku joni ? Maafkan Aku joni ? Reviewed by kartini.com on 9/21/2013 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Comments

LightBlog