LightBlog

In Memoriam Alexander Mongot Jaya

 Jepara-MA Walisongo Pecangaan berduka. Sejak Ahad pagi (6/1) saat sebelum beraktivitas beberapa teman menulis status di fb. Isinya rasa belasungkawa kepada Alexander Mongot Jaya. Selang beberapa detik ada beberapa pesan isinya kabar duka yang sama. Saya kemudian mengirim pesan singkat kepada pak Ainun Najib tentang kebenaran berita duka tersebut.

Sembari menunggu, di facebook para pecinta pak Mongot terus saja mengungkapkan duka dan doanya laksana air yang mengalir nan deras. Jawaban sms pak Najib membenarkan kabar duka tersebut. Innalillahi wainna ilahi rajiun. Alexander Mongot Jaya nama popular dari Agus Siswanto dipanggil sang pencipta dalam usia 30 tahun.

Sesuai informasi yang saya dapat pak Mongot di kebumikan pukul 10.00 WIB. Saya kemudian menuju ke rumah duka sekitar pukul 09.30 WIB. Sampai disana sudah dipenuhi dengan pentakziyah. Saya ketemu dengan teman baik itu yang masih sekolah, alumnus, guru maupun teman-teman lain. Pak Mongot dishalatkan di Masjid Al-Muttaqin desa Rengging dan dikebumikan di makam di kampung yang sama. Saya dan teman-teman seangkatan yang ketemu di rumah duka ikut sampai ke makam. 

Bakda takziyah saya dan teman-teman ngumpul di rumah Saqiful Afin desa Rengging. Disela-sela jagongan saya bertanya kepada salah satu teman Ahmad Zakis Surur yang merupakan teman seangkatan di MA dulu. Menurutnya Mongot merupakan guru yang mempunyai kemampuan kompleks. Cara mengajarnya santai tetapi pasti, profesional dan sangat mudah dipahami. “Sehingga saat diajar pak Agus siswa akan mengikuti pelajaran bukan karena paksaan melainkan dengan hati yang tulus,” jelas Zakis.

Saya juga bertanya kepada teman lain, Irbab Aulia Amri. Ia memaparkan Agus merupakan sosok yang memiliki prinsip hidup yang dipegang hingga akhir hayat. Bicara tentang prestasi akademik, terang Irbab ia selalu berprestasi terbukti titel Sarjana Pendidikan (S.Pd) dari Universitas Muria Kudus (UMK) memperoleh IPK 3.9.

Selepas dari silaturrahim sejenak ke Rengging saya menemui Drs Rohmadi di madrasah untuk tanya-tanya tentang almarhum. Menurut Rohmadi Agus merupakan sosok yang mandiri. Sewaktu ia masih menjadi siswa tidak ada masalah dalam hal kedisiplinan.

Rohmadi mempunyai kisah tentang almarhum saat ia masih duduk di kelas XI (dulu kelas 2 MA). Ia mengisahkan saat kegiatan Ramadhan yang diwajibkan bagi semua peserta didik dan harus diikuti hingga rampung. Dirinya tidak masuk 1 bulan penuh. Waktu itu Mongot dihukum untuk mengarang 2 halaman diatas kertas folio.

“Dalam karangannya ia tidak masuk sekolah lantaran selama Ramadhan ia bekerja, nglembur untuk membiayai sekolah, hadiah adik-adiknya dan untuk membeli penganan saat hari raya,” terangnya sembari terharu.

Dalam hal prestasi sambung Rohmadi, almarhum semasa MA pada mapel UN Bahasa Inggris memperoleh nilai tertinggi 8.8 dan merupakan nilai tertinggi di kabupaten Jepara tahun 2001. Di Universitas 17 Agustus (Untag) Semarang mulai semester 1 hingga lulus Diploma Tiga (D.3) selalu berprestasi. Transfer S.1 di Universitas Muria Kudus (UMK) lanjutnya juga patut diacungi jempol karena almarhum memperoleh IPK 3.9.   

Sisi positif yang dimiliki almarhum kemudian dilirik oleh MA Walisongo, almamater yang dulu pernah membesarkannya. Sejak semester 1 di Untag ia diminta Rohmadi membimbing bahasa Inggris adik-adiknya. Kemudian sejak semester 5 ia sudah dipercaya untuk mengajar di kelas XII. 

Menulis Buku
Kemampuan lebih yang dimiliki almarhum ditantang pak Rohmadi untuk membuat buku panduan yang isinya mudah dan ringan jika dibandingkan dengan bimbel-bimbel ternama. Tantangan tersebut direalisasikan oleh almarhum. Setidaknya sejak 2005 ia sudah menulis beberapa buku bahasa Inggris diantaranya English Smart Book for English Test, Genre in Use, Listening Hand Book, be Smart to Final Examination dan English Revolution yang telah diterbitkan hingga 5 edisi.

Masih menurut Rohmadi buku yang almarhum tulis mudah dan sangat ringan untuk dipahami. Bukunya juga sangat menuntun guru. Rohmadi mengaku buku-buku yang almarhum tulis merupakan pelopor di Jepara. Buku-buku karyanya juga laku di Jawa Tengah, Jawa Timur dan Jawa Barat.

Pada seorang alumnus 2004 Isnaini Nur Hidayati almahrum pernah berpesan. “Walaupun nyawa kelak dicabut. Aku akan tetap hidup dengan karya-karyaku.” Begitu pesan yang disampaikan kepada Isna 2 tahun saat ia bersilaturrahim ke rumahnya. Selamat jalan Pak Mongot. Meski kau telah tiada. Kami akan selalu hidup bersama karya-karyamu. (Syaiful Mustaqim)
In Memoriam Alexander Mongot Jaya In Memoriam Alexander Mongot Jaya Reviewed by Unknown on 1/07/2013 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Comments

LightBlog